Halo bloggers,
travellers, or wannabes... Selamat tahun baru 2015! Udah setahun nggak
ngelanjutin topik ini sejak melakukan perjalanan perdanaku ke luar negeri. Hihi...Buat
yang belum ngikutin dari awal, boleh baca posting-an bagian pertama dan kedua
ya :D
Menginjakkan kaki di
benua Eropa emang selalu jadi impianku. Nggak nyangka sebulan yang lalu masih berada
di sana. Setelah seminggu lebih menikmati indahnya kota Barcelona, sekarang
kita flash back sedikit kenangan awal menginjakkan kaki di Eropa. Sebelum ke
Spanyol, negara pertama yang aku kunjungi adalah Italia. Nggak tau kenapa 6 jam
perjalanan dari Dubai menuju Fiumicino terasa lebih nikmat daripada perjalanan
sebelumnya, dari Jakarta menuju Dubai. Setibanya di bandara Leonardo da Vinci
aku langsung menuju toilet. Begitu masuk langsung terpukau dengan kebersihan
dan canggihnya toilet disini. Keran, sabun, dan pengeringnya jadi satu dan
nggak keliatan.
Setelah ngantri cukup
lama di toilet, aku masih harus ngantri lagi di bagian imigrasi yang super
puanjaaaaangggg....Pas ngantri sempat disamperin bapak-bapak orang Indonesia
yang tercengang begitu tau aku berangkat sendiri dari Indonesia. Katanya
wajahku mellow tapi nekat juga. Hahah. So, I guess this is the time to say:
“Don’t judge a book by its cover” ;)
Well, cerita lengkap saat
tiba di Italia udah aku ceritain di part 1, jadi kita lanjutkan ke bagian
setelah ketemu si penjemput ya..
Saat itu si penjemput
dateng dengan bapaknya. Pertama kali berada di tengah lalu lintas negara lain
rasanya seperti berada di negara sendiri soalnya pengendara mobil disini
gila-gila juga >.<
Sampe rumah langsung
disambut ibu dan tantenya. Finally, I am home...
Keesokan harinya aku
diajak mengunjungi Istana Caserta. Karena temenku ini kerja di militer, jadi
dia dapet privilage buat masuk Istana secara gratis, tapi harus melalui pintu
samping dan jalannya agak jauh. Hmm... yang gratis pun harus dibayar dengan
keringet. Hihi..Mari kita fokus ke salah satu istana terbesar di Eropa ini. Pembangunan
istana ini dimulai pada tahun 1752 untuk raja Napoli, Charles VII. Luasnya
sekitar 47.000 m2 . Istana ini memiliki kurang lebih 1.200 ruang,
termasuk 24 apartement, sebuah perpustakaan besar, dan ruang teater. Halamannya
luas banget, terdiri dari hutan kecil, kolam, dan air mancur. Kalo mau
menyusuri seluruh area istana kayaknya nggak cukup dengan jalan kaki deh,
soalnya emang gede buangeett..
Tapi aku rasa ini salah
satu tempat yang nggak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Italia.
Setelah capek keliling, akhirnya
kami kembali ke rumah dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke
Barcelona, Spanyol. Berhubung pesawatku berangkat di pagi hari, jadi aku harus
meninggalkan Caserta di malam hari. Waktu itu dari stasiun Caserta ke Roma
Termini aku naik kereta Frecciargento harganya 41 euro untuk kelas 1. Kemudian
dari Termini ke Fiumicino Airport aku naik kereta Leonardo Express di platform
25. Harga sekali jalan 14 euro.
Sekembalinya dari Barcelona,
aku menuju ke Livorno, daerah utara Italia. Dari stasiun Roma Termini menuju
stasiun Livorno Centrale aku naik kereta Frecciabianca dengan harga 42,50 euro.
Disini aku stay selama 4 hari. Dua hari pertama aku nginep di Max Hotel
Livorno. Harga semalemnya 91 euro (termasuk pajak), fasilitasnya sesuai lah
sama harganya. Tapi sayang, nggak banyak yang bisa dilakukan disini, jadi aku
memutuskan untuk pindah ke daerah yang lebih ramai, yaitu di pusat kota Livorno.
Dengan berbekal peta dan informasi yang aku dapat dari resepsionis hotel, aku
jalan kaki menuju pemberhentian bus. Terminal bus ini letaknya di depan pintu
masuk stasiun kereta Livorno Centrale. Harga tiket sekali jalan untuk tujuan
Piazza Grande adalah 1,20 euro. Beli tiketnya bisa langsung melalui mesin
tiket. Setiap beli tiket jangan lupa divalidasi saat berada di dalam bus
soalnya kalo nggak divalidasi bisa kena denda yang lumayan mahal, nyampe 100
euro >.<
Kemaren aku nggak tau kalo harus divalidasi, tapi untungnya kebetulan lagi nggak ada petugas yang memeriksa tiket jadi bisa lolos :p
Kemaren aku nggak tau kalo harus divalidasi, tapi untungnya kebetulan lagi nggak ada petugas yang memeriksa tiket jadi bisa lolos :p
Dari terminal bus aku
turun di via Grande. Disini aku nginep di hostel Medusa Affittacamere yang agak
murah tarifnya, yaitu 38 euro per malem untuk single room with shared bathroom.
Fasilitas sesuai lah sama tarifnya. Tapi lokasinya strategis banget, terletak
di pusat keramaian. Banyak toko-toko dan deket juga dengan laut. Pemiliknya
juga baik karena ngijinin aku check in sebelum waktunya. Karena tempat
penginapannya cukup murah, akhirnya duit lebihan bisa aku pake buat belanja. Hihihi..Aseemm...bajunya
oke-oke. Ada Zara, H&M, Footlocker, Oviesse, Intimissimi, desigual, pokoknya
toko-toko yang kalo di Indonesia cuma buat kaum borjuis disini ada! Disini
malah biasa aja, siapa aja belanja disini. Aku yang tadinya nggak tau merk-merk
beginian sekarang jadi ketagihan make produknya. Kalo mau yang murah, H&M
kayaknya bisa jadi pilihan yang tepat. Kalo belanja produk Zara disini malah
rugi. Setelah aku bandingkan dengan Zara yang di Barcelona, disini harganya
lebih mahal, bisa sampe setengah harga bedanya. Secara, Zara kan asalnya dari
Spanyol. Belanja baju, tas, sepatu lebih murah di H&M aja. Nggak nahaaann
deh kalo liat barang-barangnya. Hihihi
Ohya, disini juga ada
pasar yang lebih murah lagi. Pedagangnya rata-rata orang Asia Timur, sepertinya
sih dari Cina. Barang-barangnya ya produk Cina. Nggak beda lah sama yang dijual
di Indonesia, cuma harganya aja yang lebih mahal. Mending beli di Indonesia kali.
Hehhe
Soal makanan disini (dan
aku rasa di kebanyakan negara di Eropa) gampang ditemukan. Rotinya enak-enak
banget. Buat sarapan sekitar 5 euro cukup lah dapet roti sama air mineral. Aku
juga sempat nyobain kebab disini, karena aku pikir ini satu-satunya makanan
halal yang bisa aku dapetin disini. Usut punya usut ternyata kata beberapa
orang sana kebab di Italia nggak ada yang murni dari ayam, dagingnya udah
tercampur daging babi. Buat aku yang belum pernah ngerasain daging babi, this
kebab seems to be a little bit different, but it tasted so damn good! :3
Malem terakhir di Livorno
aku diajakin ke Pisa sama temenku dan temen-temennya. Dari Livorno ke Pisa
perjalanannya sekitar 30 menit naik mobil. Melihat Menara Pisa di malam hari
emang nggak seindah di siang hari, but still...it’s amazing! Nggak bisa
dijelaskan dengan kata-kata deh. Sayangnya foto-foto belum sempat aku pindahin
ke laptop, kameraku udah kecolongan (T.T)
Keesokan harinya aku
kembali ke rumah temenku di Caserta. Dari Livorno kita road trip sekitar 6 jam-an.
Begitu sampe rumah kita langsung makan malem sekeluarga. Tengah malemnya aku
diajakin pesta Halloween sama temen-temennya ke Napoli. Ini pertama kalinya aku
keluar tengah malem dan ikutan pesta beginian. Udah nyiapin kostum dari
beberapa hari sebelumnya, ternyata pada biasa aja pakaiannya. Sial, salah
kostum deh -_- Dan ternyata Halloween disini cuma pada minum, makan, and chit
chat aja. Kirain ada apa gitu.
Hari-hari terakhir di
Italia aku habiskan buat nyari oleh-oleh yang belum aku dapet sebelumnya. Temenku
pun membawaku ke sebuah Mall yang aku lupa namanya. OMG..makin nggak nahan
godaan untuk belanjanya. Brand-brand oke semua ada disini, lengkap pokoknya!
Setelah puas belanja, kami pun kembali ke rumah. Daann...tiba saatnya untuk
kembali ke negeri tercinta. Jujur, 8 hari di Italia nggak puas dan 16 hari di Eropa
nggak kerasa sama sekali. Sempat kepikiran untuk nggak kembali ke Indonesia,
tapi ada keluarga dan pekerjaan yang menanti. Dibilang nyesel iya, nyesel nggak
stay lebih lama saat ada kesempatan. Sempat hampir ketinggalan pesawat juga
sampe mikir buat cari kerjaan disitu. Ceritanya aku nggak dapet kereta langsung
dari Caserta ke Roma Termini jadi mesti naik kereta biasa dari Caserta ke
Napoli Centrale. Harga tiket cuma 3 euro tapi nggak nyaman, rame penumpang
sementara aku ribet bawa 3 tas. Untungnya dapet tempat duduk. Sesampainya di
Napoli Centrale aku ganti kereta dan nunggu beberapa menit untuk menuju ke Roma
Termini. Pas ganti kereta ada bapak-bapak yang bantuin aku naikin koper ke
kereta. Aku pikir niat bantuin, ternyata minta tips juga. 2 euro cukup,
katanya.
Dari stasiun ini aku naik
Frecciaargento lagi, tapi dengan harga yang lebih mahal yaitu 43 euro untuk
kelas 2. Sesampainya di Roma Termini ada insiden menegangkan. Tiket kereta
menuju ke Airport yang udah aku beli sebelumnya hilang! Saking kelimpungan, aku
beli tiket melalui mesin aja biar cepet. Eh, duit udah dimasukin, tiket malah
nggak keluar. Nyoba ngutak atik mesinnya tapi hasilnya nihil. Untung ada cewek
baik yang bantuin aku. Dia nyaranin beli di counter aja soalnya kalo pake mesin
emang suka ada yang jahil. Akhirnya ditemenin lah ke counter dan dia yang
berkomunikasi dengan si petugas tiket supaya uangku yang udah kemakan di mesin
bisa kembali. Sayangnya usaha kita gagal, alhasil beli tiket lagi deh. Perjuangan
belum berakhir disitu. Hampir aja bisa langsung naik ke kereta, tapi tiket
belum di tangan. Dag dig dug, harusnya aku udah ada di airport saat itu. Telat
5 detik aja pintu kereta udah ditutup. Hmm..aku pun cuma bisa berdoa supaya masih
bisa check in. Cewek tadi pun meminta maaf karena nggak bisa bantuin aku secara
maksimal. Wah, gitu aja aku udah makasih banget mbak. Mbaknya bagai oase di
tengah gurun pasir. Sayangnya aku blm sempat minta kontak si mbak (T.T)
20 menit pun berlalu...dan kereta Leonardo Express yang kutunggu-tunggu tiba. 30 menit kemudian sampai lah aku di bandara. Lega? Belum..aku masih harus nyari counter check in pesawat Emirates. Begitu dapet lokasinya, langsung lari-lari. Untungnya masih bisa check in. Alhamdulillah...akhirnya lega juga :’)
20 menit pun berlalu...dan kereta Leonardo Express yang kutunggu-tunggu tiba. 30 menit kemudian sampai lah aku di bandara. Lega? Belum..aku masih harus nyari counter check in pesawat Emirates. Begitu dapet lokasinya, langsung lari-lari. Untungnya masih bisa check in. Alhamdulillah...akhirnya lega juga :’)
2 November 2014 menjadi
hari yang nggak akan pernah aku lupakan. Tepat pukul 20.45 waktu setempat aku
meninggalkan Roma dengan EK 96. Sedih? Banget. Rasanya belum rela ninggalin
semuanya disana, terutama kenangan di Barcelona. Tepat saat itu juga aku
berjanji akan kembali ke Eropa. Entah satu, dua, tiga tahun lagi.
Nah, sampe disini dulu ya
kisah perjalananku di benua Eropa. Semoga bisa segera berbagi lagi sama temen-temen,
bisa memotivasi juga untuk berani travelling sendirian, khususnya para wanita.
-The End-
“Dream is not that which you see while sleeping. It
is something that does not let you sleep.” --
A.P.J. Abdul Kalam
Stasiun kereta penuh kenangan di Italia |
No comments:
Post a Comment